SUNATAN
Sunat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung kelamin anak lelaki dalam ukuran tertentu. Menurut ajaran agama Islam, bila anak lelaki memasuki akil balig, ia harus segera di khitan atau disunat. Anak lelaki yang sudah akil balig tetapi belum disunat, salatnya tidak sah. Anak kecil yang belum masuk akil balig tetapi sudah rajin melaksanakan salat lima waktu, orang Betawi menyebutnya anak baru belajar atau latihan membiasakan taat beribadah.
Dalam tradisi Betawi, sunat diartikan sebagai proses pembeda. Maksudnya, seorang anak lelaki yang sudah sunat berarti sudah memasuki dunia akil balig. Karena sudah akil balig, maka dia dituntut atau seharusnya sudah mampu membedakan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Ia sudah selayaknya mampu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama dan adat kesopanan di masyarakat.
Rembuk Sunat
Zaman dulu, jika seorang anak lelaki yang akan disunat, bapak atau ibunya akan berembuk atau memusyawarahkan pelaksanaan upacara sunat. Dalam rembukan, biasanya selalu diajak orang tua atau sesepuh kampung yang nasihatnya akan dijadikan bahan pertimbangan. Tidak ketinggalan juga anak yang akan disunat diajak rembukan.
Dalam rembukan yang dibicarakan antara lain:
- Menanyakan apakah anak tersebut telah mau disunat atau belum, karena jika belum mau dan kita memaksakan untuk disunat akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menanyakan apakah dia ingin diarak keliling kampung atau tidak. Dan ditanyakan hiburan apa yang dia inginkan saat hajatan.
- Mencari atau menentukan bengkong atau dukun sunat yang akan dipanggil untuk mengkhitan, karena setiap bengkong memiliki ciri khas masing-masing dalam menangani khitanan.
- Menentukan hari dan tanggal pelaksanaan sunat, pada umumnya orang Betawi melakukannya pada bulan Maulid atau Syawal.
Pakaian Pengantin Sunat
Sebelum hari H ( hari pelaksanaan) biasanya anak dirias dengan rias dan pakaian kebesaran sunat, dijadikan pengantin sunat. Pagi-pagi si anak atau pengantin sunat mulai diarak keliling kampung. Tujuannya untuk memberi hiburan atau memberi kegembiraan serta semangat kepada si anak bahwa besok dia akan dapat pengalaman baru, yaitu pengalaman sunat. Pelengkap dan pendukung acara pada kegiatan prosesi ngarak pengantin sunat antara lain:
- Jubah atawe jube, yaitu pakaian luar yang longgar dan besar serta terbuka pada bagian tengah depan dari leher sampai kebawah, dengan kepanjangan yang kira-kira tiga jari dari pakaian dalamnya atau boleh juga sama panjangnya dengan pakaian dalamnya.
- Gamis, yaitu pakaian dalam berwarna merah muda, kalem, dan lembut yang tidak terlalu kontras dengan warna jubahnya. Gamis harus berwarna polos dan tidak dihias.
- Selempang, Selempang dikenakan sebagai tanda kebesaran. Namun demikian, pakaian selempang dipakai di bagian dalam jubah. Lebarnya kira-kira 15 cm. Cara memakainya diselempangkan pada pundak kiri ke arah pinggang kanan.
- Alpie, yaitu tutup kepala khas sorban haji yang tingginya disesuaikan dengan yang memakai, dililit sorban putih atau warna emas. Hiasan alpie berupa melati tiga untai/ronce, yang bagian atasnya diselipkan bunga mawar merah dan ujungnya ditutup dengan bunga cempaka.
- Alas Kaki, berupa sepatu tutup alias pantofel atau banyak juga yang menggunakan terompah berhiaskan mote.
3. Grup rebana ketimpring sebagai tukang ngarak dan membaca selawat badar,
4. Kuda hias
5. Beberapa buah delman hias
6. Grup ondel-odel atau tanjidor
Diarak Keliling Kampung
Pelaksanaan sunat dibagi dua, yaitu hari pertama dan hari pelaksanaan sunat. Hari pertama disebut juga hari membujuk dan menghibur si pengantin sunat. Sesudah si pengantin disunat dan dirias dengan pakaian pengantin sunat, di depan pintu rumah dibacakan selawat dustur. Setelah itu diarak dengan rebana ketimpring dan selawat badar menuju kuda/tandu. Kuda/tandu ini pun dirias dengan bunga-bunga. Dan di dekat ekor kuda/sekitar pegangan tandu digantungkan seikat padi dan sebuah kelapa. Sebelum rombongan pengantin sunat berangkat, serenceng petasan dibakar sebagai tanda bahwa rombongan siap berangkat.
Sebelum bengkong dengan peralatan sunatnya beraksi, biasanya orang tua si anak lebih dulu datang menghiburnya, menanyakan apa yang diinginkan si anak. Selain itu, di sisi si anak disajikan meja yang terdapat 'bekakak ayam lengkap dengan nasi kuning dan buah-buahan. Bekakak ayam adalah ayam panggang yang tidak dipotong-potong dan setelah sunat akan dimakan bersama teman-temannya.
Selesai dipotong, pantangan bagi anak yang disunat adalah tidak boleh makan ikan asin dan masakan yang dicampur udang. Dia juga tidak boleh melangkahi tahi ayam. Setelah disunat, si anak akan memperoleh hadiah dari kakek, nenek, encang, encing, keluarga, dan para tetangganya. Hadiah itu bermacam-macam jenisnya, tapi yang utama adalah uang. Setelah itu, dilaksanakan selamatan atau tahlilan, termasuk muludan. Memang itu adalah sebuah tradisi dari orang Betawi.
Komentar
Posting Komentar